Kamis, 02 April 2009

Satu Ideologi Beda "Wajah"


Kamis, 2 April 2009 | 03:11 WIB

Naiknya popularitas Partai Demokrat bakal mengubah karakteristik pemilih pada Pemilu 2009. Jika sebelumnya mayoritas konstituen partai-partai besar hanya terkonsentrasi pada dua partai, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Golkar, kini telah mengelompok menjadi tiga. Karakteristik pemilihnya pun berbeda satu sama lain. Apa saja yang membedakannya? IGNATIUS KRISTANTO

Setiap pemilu yang berlangsung selama ini, kecuali di era Orde Baru, selalu mengubah konstelasi partai-partai yang tergolong besar atau menduduki posisi atas dari sisi perolehan suaranya. Pemilu pada tahun 1955, misalnya, empat besar partai yang menduduki papan atas adalah Partai Nasionalis Indonesia (PNI), Masyumi, Partai Komunis Indonesia (PKI), dan Partai Nahdlatul Ulama (NU). Posisi ini runtuh setelah di era Orde Baru Golkar menjadi partai yang mendominasi terus-menerus dari Pemilu 1971 hingga Pemilu 1997.

Keadaan mulai berubah ketika era reformasi muncul dengan runtuhnya rezim Orde Baru. Pada Pemilu 1999, dua partai muncul di papan atas, yakni PDI-P dan Partai Golkar. Keduanya tetap mendominasi hingga pemilu terakhir pada tahun 2004. Hanya saja, keduanya berubah posisi. Apabila sebelumnya PDI-P yang menduduki posisi pertama, lima tahun kemudian Partai Golkar yang ganti menempati urutan pertama.

Selang sepuluh tahun, kondisi bakal berubah lagi. Partai baru yang tengah populer, Partai Demokrat (PD), mulai menyodok ke atas. Jika pada Pemilu 2004 partai ini hanya memperoleh suara 7,45 persen, kini diprediksi bakal naik dua bahkan tiga kali lipat. Hasil survei Litbang Kompas terhadap 3.000 responden pada 20 Februari-3 Maret 2009 di 33 provinsi menunjukkan bahwa pemilih yang bakal memilih partai berlambang bintang segi tiga ini mencapai 16,8 persen. Kondisi ini akhirnya dapat menempatkan ketiga partai, yakni PD, PDI-P, dan Partai Golkar, bakal berebut posisi papan atas.

PDI-P bakal tetap bertahan dengan pemilih loyalnya. Adapun Partai Golkar kini diprediksi bakal juga menjadi partai seperti PDI-P, yang terisi para pemilih setianya, tidak terpengaruh oleh kepopuleran partai lain. Lain halnya dengan PD, karena partai ini baru berpengalaman satu kali pemilu dan bakal banyak mendapat limpahan suara dari partai-partai lain, tingkat loyalitas pemilihnya belum teruji.

Meski demikian, ketiganya memiliki ciri-ciri pemilih yang khas, yang masing-masing berbeda secara signifikan. Pembedaan dilakukan dengan mengenali karakteristik responden hasil survei Kompas. Beberapa faktor yang dapat dijadikan rujukan pembeda adalah aspek identitas domisili, pekerjaan, tingkat pendidikan, keagamaan, dan pandangan partai yang selama ini menjadi perhatiannya.

Ciri pembeda

Partainya ”wong cilik” yang melekat pada PDI-P ternyata tertanam sangat dalam pada ciri pemilihnya. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas responden yang masih mendukungnya memang berasal dari golongan rakyat kecil yang bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik, nelayan, dan sektor informal lainnya. Mereka rata-rata berpendidikan rendah, setidaknya tamat sekolah dasar dan tinggal di pedesaan baik di Jawa maupun luar Jawa.

Lalu apa yang menjadi faktor utama kelompok pemilih ini menempatkan PDI-P untuk dijadikan sandaran pilihan politiknya? Pluralisme yang menjadi garis ideologi PDI-P ternyata sangat mengena di hati mayoritas pendukungnya. Aspek pluralitas yang selalu didengung-dengungkan para kader partai ternyata sangat menarik bagi para pemilihnya. Selain itu, faktor lain yang juga cukup berpengaruh adalah pandangan pemilihnya berkaitan dengan tokoh-tokoh yang dicalonkan partai berlambang banteng ini. Aspek karisma atau ketokohan seseorang yang menjadi andalan pengurus dan calon legislatifnya ternyata masih menjadi hal yang penting bagi para pemilih PDI-P.

Lain lagi dengan karakteristik pemilih Partai Golkar, identitas sebagai partai yang memiliki basis massa luar Jawa ternyata semakin kokoh melekat pada dirinya. Mayoritas pemilihnya adalah warga pedesaan yang tinggal di luar Jawa. Diprediksi, Partai Golkar akan berhasil mempertahankan konstituennya di wilayah ini. Selain itu, karakteristik yang melekat pada pemilihnya adalah pemilih dari kalangan petani dan mereka yang berlatar belakang birokrat atau pegawai negeri sipil (PNS). Mereka ini rata-rata sebagian besar berpendidikan rendah hingga menengah, paling tidak menamatkan sekolah menengah atas (SMA).

Hal yang menjadi pertimbangan utama para pemilih Golkar adalah soal para pengurus dan calon legislatifnya banyak dipenuhi tokoh politik terkenal. Sama seperti halnya PDI-P, ketokohan masih menjadi pertimbangan yang utama. Jika diperhatikan, keduanya merupakan ciri-ciri pemilih tradisional yang masih mengandalkan karisma seseorang.

Jika PDI-P dan Golkar sekarang melekat pada pemilih pedesaan, lain halnya dengan PD. Partai yang didirikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono ini kini menjadi sandaran para pemilih di kalangan perkotaan. Baik itu warga kota yang tinggal di Jawa maupun luar Jawa menjadi pendukung utama partai ini. Mereka rata-rata berpendidikan menengah hingga tinggi dan bekerja sebagai pengusaha, pedagang, pegawai swasta, dan juga kalangan pegawai negeri.

Oleh karena latar belakang pemilihnya dari warga perkotaan dan terdidik, mereka ini dapat disebut sebagai pemilih kritis, yang akan memilih partai jika partai itu memang benar-benar bersih dari korupsi dan kinerjanya bagus. Jika tidak, mereka akan meninggalkannya, berpindah ke partai lain yang dipandang citranya bagus. Setiap saat dukungan bisa naik-turun berdasarkan popularitas para tokohnya. Jika merujuk naiknya citra Presiden Yudhoyono, ini sepadan dengan para pemilih PD yang juga sangat kental dengan ciri-ciri pemilih ini.

Kini ketiga partai papan atas sudah semakin jelas. Meskipun sama-sama bernapaskan nasionalisme, wajah pendukungnya berbeda. Pemilih pedesaan yang proporsinya mencapai sepertiga kini menjadi ladang pertaruhan PDI-P dan Partai Golkar. Adapun Partai Demokrat justru sebaliknya, semakin kokoh mempertahankan partainya ”orang kota”. (IGNATIUS KRISTANTO/Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar