Kamis, 02 April 2009

Meraih Simpati di Ceruk yang Sama


Kamis, 2 April 2009 | 03:01 WIB

Terbentuknya konfigurasi penguasaan politik sebagaimana yang diungkap melalui hasil survei melahirkan berbagai pertanyaan lebih jauh, seperti faktor-faktor apakah yang menjadi daya tarik pemilih sehingga saat survei dilakukan mereka telah meyakini pilihannya?

Bagi partai-partai yang diprediksi berada dalam lapisan tengah perolehan suara, faktor yang memengaruhi keputusan mereka dalam memilih partai telah terbentuk dan hal itu tidak jauh berbeda dengan citra ataupun ciri kekhasan yang selama ini melekat pada partai tersebut. Partai-partai bercorak keislaman yang diprediksi mengisi lapis tengah peringkat perolehan suara tidak lepas dari persoalan ini. Dalam hal ini, corak keislaman yang melekat dan diusung oleh partai-partai lapisan tengah masih tampak dominan sebagai daya tarik yang memengaruhi keputusan para pemilih. Terhadap PKS, misalnya, partai yang diprediksi tidak akan melonjak jauh perolehan suaranya dibandingkan dengan Pemilu 2004 ini berencana dipilih oleh para pemilihnya karena faktor ”pandangan keagamaan yang diusung oleh partai ini”.

Faktor yang kurang lebih sama juga diungkapkan oleh responden survei yang berencana memilih PPP dalam pemilu kali ini. Namun, berbeda dengan PKS, terdapat faktor lain yang turut memengaruhi responden untuk memilih PPP, yaitu adanya faktor kedekatan seperti ”adanya calon legislatif yang berasal dari kalangan dekat pemilih”.

PAN, partai yang kerap dinilai bercorak keislaman dan pada saat menjelang Pemilu 2009 gencar merekrut artis sebagai calon legislatif, tidak dapat mengelak terhadap citra yang terbentuk. Para pemilih PAN menyatakan bahwa ”adanya artis-artis terkenal” menjadi faktor yang signifikan berperan dalam pilihan mereka. Di samping itu, aroma keagamaan partai ini pun tidak luruh di mata pemilihnya lantaran ”adanya tokoh-tokoh keagamaan” di dalam partai turut menjadi faktor yang memengaruhi pilihan pemilih PAN.

Bagi PKB, partai yang diprediksikan tersedot suaranya oleh partai-partai lain, khususnya partai lapisan atas perolehan suara, selain faktor ”adanya tokoh keagamaan” dalam partai, ”prestasi maupun perilaku para pemimpin dan kader partai” ini turut pula menjadi faktor yang memengaruhi pilihan para pemilih terhadap partai ini.

Jika di antara para pemilih partai-partai lapis menengah menganggap bahwa aspek keagamaan seperti ”pandangan keagamaan” maupun ”kehadiran tokoh agama” menjadi faktor yang paling menentukan pilihan mereka, apakah dengan sendirinya dapat disimpulkan persaingan sesama partai bercorak keagamaan tersebut akan berlangsung dengan sengit dalam Pemilu 2009?

Berkelompok

Analisis pengelompokan yang dilakukan terhadap para pemilih partai tersebut menunjukkan bahwa persaingan tidak terhindarkan terjadi, khususnya bagi PKS dan PAN. Kedua partai tersebut, jika ditilik dari karakter khas pemilihnya, tergolong mirip, yaitu lebih cenderung berasal dari masyarakat perkotaan, baik di Jawa maupun luar Jawa, berpendidikan menengah dan tinggi, memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, PNS, dan pegawai swasta. Ciri melekat lainnya dalam kelompok ini adalah tergolong kaum Muhammadiyah. Di samping itu, citra partai bagi kelompok ini amat kuat memengaruhi pilihan mereka. Dengan kemiripan karakter pemilih semacam ini, masuk akal pula jika hasil survei ini menunjukkan para pemilih PAN pada Pemilu 2004 yang berencana memilih partai lain dalam Pemilu 2009, bagian terbesar tertuju salah satunya pada PKS.

Bagi PPP dan PKB, agak berbeda yang terjadi. Sekalipun para pemilihnya memiliki beberapa karakter yang sama, tetapi sebenarnya kedua partai tersebut memiliki kekhasan yang membedakan satu sama lain. Kesamaan dua partai tersebut adalah pemilihnya berlatar belakang NU dan sama-sama kurang memandang citra partai sebagai faktor yang memengaruhi pilihan mereka. Di samping itu, latar belakang pekerjaan di sektor nonformal seperti petani, buruh, nelayan, dan ibu rumah tangga juga melekat pada partai ini.

Ciri yang membedakan para pemilih partai ini justru terjadi pada aspek wilayah mukim pemilih, yaitu para pemilih PPP bermukim di pedesaan yang tersebar di Jawa maupun luar Jawa dan berpendidikan rendah. Sebaliknya, pemilih PKB berpendidikan menengah, bermukim di kawasan desa dan kota, tetapi terfokus hanya di Pulau Jawa.

(Bestian Nainggolan/Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar