Rabu, 01 April 2009

Luluhnya Dominasi Politik di Desa


Rabu, 1 April 2009 | 03:21 WIB

Perubahan peta penguasaan politik yang tergambarkan dari hasil survei secara nyata memperlihatkan adanya kenaikan dan penurunan dukungan yang diperoleh setiap partai politik di berbagai wilayah Indonesia. Di antara partai yang bersaing, Partai Demokrat (PD) diprediksikan mampu menyedot simpatisan pemilih terbesar. Persoalannya, apa yang terjadi dengan partai tersebut hingga mampu melipatgandakan dukungan calon pemilih, bahkan hingga empat kali lipat dari masa lampaunya? Pemetaan dukungan politik yang terungkap dari hasil survei ini menegaskan bahwa peningkatan berlipat yang diprediksikan akan diraih partai ini disebabkan oleh semakin meluasnya penetrasi politik partai ini di wilayah pedesaan. Berdasarkan hasil survei yang menelusuri tambahan dukungan para pemilih PD, terlihat jelas bahwa partai ini makin diminati oleh warga pedesaan. Tidak kurang dari 33,4 persen dari seluruh total pemilih pedesaan diprediksikan akan memberikan suaranya kepada partai ini. Sementara, jika dilihat dari proporsi wilayah perkotaan, partai ini berhasil meraih 26,3 persen.

Bandingkan dengan perolehan partai ini pada Pemilu 2004. Sekalipun ukuran kota dan kabupaten (di dalam kabupaten terdapat juga kota) yang digunakan pada Pemilu 2004, tampaknya semakin jelas memperlihatkan bahwa penguasaan desa diprediksikan bakal memberikan sumbangan terbesar kemenangan partai ini pada pemilu mendatang. Pada Pemilu 2004, PD hanya mampu meraih simpatisan kalangan perkotaan. Secara nasional partai ini meraih sekitar 7,5 persen suara. Namun, jika ditelisik, tidak kurang dari 14,1 persen total suara perkotaan yang diraih partai ini. Sebaliknya, dari total kawasan kabupaten, PD hanya mampu meraih 5,7 persen suara.

Prediksi meningkatnya para simpatisan pemilih pedesaan dengan sendirinya meningkatkan angka perolehan suara nasional. Bagaimana tidak, berdasarkan data KPU, kawasan pedesaan meliputi 79 persen dari total wilayah. Diperkirakan, di wilayah desa terdapat 134 juta pemilih. Sisanya, 36 juta pemilih berdomisili di kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan hanya mencakup 21 persen dari wilayah nasional. Oleh karena itu, partai politik yang berhasil menguasai kawasan desa dengan sendirinya akan berpeluang besar menjadi pemenang pemilu.

Sosok

Penetrasi PD secara agresif, dari semula partai perkotaan dan kini merambah ke pedesaan dalam waktu yang relatif singkat, tidak mungkin dapat berlangsung tanpa suatu daya pikat partai yang tinggi. Hal yang nyata terlihat, keterlibatan sosok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang identik dengan partai ini menjadi nilai terbesar laju penguasaan wilayah pedesaan. Di sisi lain, kekuatan sosok tersebut saling berkelindan dengan prestasi kinerja dirinya sebagai presiden, yang masih tampak positif di mata pemilihnya. Sosok, prestasi kerja, yang diikuti dukungan kapital serta kemampuan mengomunikasikan keberhasilan melalui media komunikasi semakin mempercepat penyampaian pengaruh politik di berbagai pelosok pedesaan. Inilah modal terbesar partai yang tidak sedemikian besar dimiliki partai politik lainnya.

Sebenarnya, tidak hanya PD yang meraup tambahan suara nasional ataupun pedesaan. PDI-P sendiri diprediksikan akan meraih tambahan simpatisan. Secara nasional, kenaikan diperoleh dari kalangan pedesaan. Namun, partai ini diprediksikan akan menurun suaranya di kalangan perkotaan. Selain PDI-P, PKS juga akan memperlebar penetrasi wilayah pedesaannya. Jika pada Pemilu 2004 wilayah perkotaan menjadi basis kekuatan partai ini, kali ini mulai merambah ke pedesaan. Namun, sama seperti PDI-P, pengaruhnya tidak seagresif yang dicapai PD.

Selain ketiga partai di atas, penurunan pengaruh politik terjadi. Partai Golkar mengalami penurunan, tepatnya penurunan di pedesaan. Sementara PPP, PAN, PKB, tiga partai papan tengah Pemilu 2004, juga diprediksikan mengalami penurunan. Penurunan ketiga partai ini tidak hanya di wilayah pedesaan, tetapi juga di wilayah perkotaan. (BESTIAN NAINGGOLAN/ Litbang Kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar