Kamis, 02 April 2009

Golkar Menang Pemilu 2009"

INILAH.COM, Jakarta – Survei menunjukkan Partai Golkar masih menempati posisi teratas pada Pemilu mendatang. Perbedaan pandangan mantan Ketua Umum Partai Golkar Akbar Tandjung dan Ketua Umum Jusuf Kalla tak berpengaruh pada pengikut partai berlambang pohon beringin itu.

Akbar Tanjung akhir pekan lalu, melontarkan pernyataan kemungkinan kekalahan Partai Golkar dalam Pemilu 2009. Reaksi keras pun meluncur dari Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla.

Menurut Jusuf Kalla, sebagai mantan Ketua Umum Partai Golkar, harusnya Akbar Tandjung memberi semangat dan optimisme ke partai. Namun pengikut partai Golkar tampaknya tak bergeming dengan perbedaan pendapat seperti itu. Setidaknya hal ini terlihat dari hasil survei.

Dalam survei yang dilakukan oleh lembaga independen dalam kurun tiga tahun terakhir, menempatkan Golkar sebagai partai papan atas. Setidaknya dalam beberapa kali survei, Golkar menempati nomor urut pertama, kadang pula menempati nomor urut dua setelah PDIP.

Untuk mengetahui kondisi terkini partai berlambang beringin, INILAH.COM mewawancarai secara khusus Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) Husin Yazid, Minggu (1/5) di Jakarta.

"Sampai saat ini Partai Golkar masih menduduki rangking pertama, dan kemungkinan dalam Pemilu 2009," tegasnya. Berikut wawancara lengkapnya:

Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung memprediksi kekalahan Partai Golkar dalam Pemilu 2009 akibat kekalahan di sejumlah Pilkada. Apakah kekalahan dalam Pilkada bisa dijadikan pijakan dalam Pemilu 2009 mendatang?

Saya melihat ada perbedaan sudut pandang dalam melihat pemilu kepala daerah dan pemilihan umum khususnya untuk wakil rakyat. Kalau dalam pelaksanaan pilkada, publik melihat figur, kompetensi, pengalaman dan asal.

Ini yang harus difahami karena, dalam beberapa peristiwa, partai besar kalah oleh partai kecil karena calon yang diusung figurnya kurang kuat. Sedangkan dalam pemilu legislatif, maka partai yang akan menentukan kemenangan calon anggota legislatif. Karena publik melihat partai.

Dalam prediksi kita, justru partai golkar akan menduduki urutan pertama. Saat ini kita juga sedang melakukan penelitian soal itu, dan kemungkinan besar Golkar yang menduduki urutan pertama.

Data yang masuk hingga kini sudah 10-12 provinsi. Saya melihat urutan pertama dan kedua akan diraih oleh Golkar dan PDIP. Jadi memang ada perbedaan persepsi publik dalam menentukan pilihan kepala daerah dan caleg.

Apa yang mendasari perbedaan persepsi publik atas dua pemilu (pilkada dan pemilu) tersebut?

Dalam memilih kepala daerah, publik akan berhadapan langsung dengan calon kepala daerahnya hampir semua aspek, sehingga figur menjadi penting untuk menang di pilkada. Namun berbeda ketika pemilu, publik akan melihat partai politik.

Bagaimana Anda melihat Partai Golkar selama empat tahun terakhir ini?

Prediksi Akbar Tandjung itu tentunya berpijak pada kepemimpinan Jusuf Kalla selama empat tahun terakhir ini. Bisa jadi, Akbar melihat, Jusuf Kalla belum mengakomodasi kekuatan di Golkar sehingga berpotensi perpecahan.

Ini semacam warning bagi Golkar. Jika kondisi ini tidak disikapi secara arif oleh pimpinan Golkar maka dikhawatirkan akan bepengaruh dalam pemilu 2009. Mungkin, Akbar melihat dalam perspektif tersebut. Di satu sisi, dalam berbagai survei, popularitas Jusuf Kalla tidak meningkat, bisa dikatakan figur JK tidak melekat di konstituen secara organisasi.

Bila demikian, bagaimana menghubungkan dua hal yang berbeda di satu sisi Golkar akan naik, tapi di sisi lain figur JK tidak naik?

Selaku pribadi, memang JK tingkat popularitasnya turun. Tapi naiknya JK dulu saat pilpres bukan dengan kendaraan Golkar. Nah, tidak lama menjabat sebagai Wapres, JK sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Tapi angka sampai hari ini Partai Golkar menduduki rangking pertama.

Kenapa Partai Golkatr masih kuat?

Karena masih dipercaya oleh publik. Selain itu juga karena dukungan infrastruktur yang sangat kuat, SDM, dan pendanaan. Tiga unsur itu yang menjadi penyebab kemenangan Golkar pada 2009. [E1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar