Senin, 16 Maret 2009

Capres Jusuf Kalla 2


Akar Beringin Kalla
Maju ke kursi R1-1,
Kalla meredam persaingan antar
faksi di Partai Golkar.

Jum'at, 13 Maret 2009, 22:09 WIB
Nurlis E. Meuko, Arfi Bambani Amri, Anggi Kusumadewi, Mohammad Adam
Sri Sultan Hamengku Buwono X, Surya Paloh & Jusuf Kalla (Antara/ Saptono)

VIVAnews -- TEPUK tangan membahana di Balee Meusapat, Jalan Teungku Chiek Di Tiro, Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, Jumat pekan ini. "Hidup JK.. hidup JK," teriakan ribuan massa berbaju kuning. Mereka merayakan kunjungan Ketua Umum Partai Golkar, Jusuf Kalla.

Di tanah rencong Kalla disambut meriah. Dia duduk di kursi penghormatan. Diapit Ketua Golkar Aceh, Said Fuad Zakaria, dan Wakil Gubernur Nanggroe Aceh Darusslam, M Nazar. Balai itu pun penuh dengan warna kuning.

Ada latar kuning bertuliskan "Temu Kader dan Silaturahmi dengan Ketua Umum Partai Golkar HM Jusuf Kalla (Calon Presiden dari Partai Golkar)”. Di samping tulisan itu, ada foto Kalla. "Memang saat ini belum tepat bicara calon presiden," kata Fuad dalam sambutannya pada acara Jumat 13 Maret 2009 itu.

Tapi sebagai partai besar, kata Fuad, Golkar harus punya tekad kuat. Termasuk mempunyai calon presiden. “Yang kami inginkan adalah Ketua Umum Pak Jusuf Kalla." Kalla tiada henti tersenyum. Di Aceh, Jusuf Kalla punya nama harum. Dia dianggap mampu menghentikan perjuangan bersenjata di daerah ujung barat Sumatera itu.

“Perdamaian adalah Jusuf Kalla. Jika ada yang lain mengaku Bapak Perdamaian, itu tidak benar. Bapak Jusuf Kallalah perdamaian. Dia yang telah bekerja keras," ujar Fuad. Dia berteriak hingga suaranya serak. Setelah acara di Balee, Kalla diminta memberikan tausyiah usai salat Jumat di Masjid Raya Baiturrahman.

Pukul 14.00, pesawat Fokker 100 milik Pelita Air menerbangkan Kalla ke Pekanbaru, Riau. Di tanah Lancang Kuning itu, ramai orang berpakaian kuning. Mereka menyambut kedatangan Kalla saat menuju Hotel Arya Duta tak jauh dari rumah dinas Gubernur Riau, Rusli Zainal, yang juga Ketua Golkar Riau.

Ballroom hotel penuh sesak. Tajuk acara kali ini "Pertemuan Silaturahmi dalam rangka Konsolidasi Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla dengan Keluarga Besar Partai Golkar Riau". Di dinding bagian belakang ada tulisan "JK for Presiden".

Di sini Kalla berpidato. "Partai kecil saja punya calon presiden, apalagi partai besar," kata dia. Menurut Kalla, dia menerima kedatangan 33 Dewan Pimpinan Daerah ke kediamannya di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 20 Februari 2009. Mereka meminta Kalla bersedia menjadi calon presiden.

“Saya katakan, Insya Allah. Amanah itu saya terima dan saya siap menjalankan," kata Kalla. Tepuk tangan dua ratus peserta bergema. "Insya Allah, kita semua bisa menjalankan pemerintahan lebih cepat, lebih baik."

Usai dari sini pukul 18.15 WIB, Kalla terbang ke Kepulauan Riau. Ketua Dewan Penasehat Golkar Kepulauan Riau, yang juga Gubernur di daerah itu, Ismeth Abdullah, memimpin kader berbaju kuning menyambut Kalla. Di sini dia menginap. Esoknya dia terbang ke Yogyakarta mengikuti silaturahmi alumni pasca-sarjana. Hadir di acara itu Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

***

Posisi Kalla di mata Golkar semakin jelas. Pengaruhnya cukup luas di berbagai daerah. Kalla yang bersedia menjadi calon presiden dianggap telah mengangkat martabat Partai Golkar.

Sebelumnya, kader Partai Golkar di daerah sangat gerah melihat ketuanya hanya bertengger di posisi calon wakil presiden. Akibatnya, partai beringin ini pun terbelah tiga. Ada kubu penyokong Kalla agar tetap mendampingi Yudhoyono. Elit Golkar dalam kelompok ini adalah Ketua DPP Golkar yang juga mantan Menteri Kehakiman, Muladi.

Selain Muladi, di faksi ini ada Burhanuddin Napitupulu, Firman Soebagyo, Natsir Mansyur, dan Rully Chairul Azwar (Wakil Sekretaris Jenderal Golkar). Juga bergabung Malkan Amin, Wakil Sekretaris Jenderal Golkar, dan Priyo Budi Santoso, Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR-RI.

Adapun tokoh Golkar seperti Surya Paloh yang menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar dan salah seorang Ketua DPP Golkar Anton Lesiangi menjagokan Sri Sultan sebagai calon presiden dari Golkar. Posisi Sultan di Golkar adalah anggota Dewan Penasihat.

Gubernur Yogyakarta itu maju menjadi calon presiden pada Oktober 2008. Sejauh ini, baru ada Partai Republika Nusantara (Republikan) yang menyokongnya. PDIP sempat menjajaki kekuataan Sultan untuk menduetkannya dengan Sultan. Mega sudah menemuinya tiga kali. Namun belum ada keputusan.

Dari internal Golkar, Sultan diperkirakan baru mampu merebut pengaruh di kampung halamannya dan Sumatera Selatan. Selebihnya, ada dukungan dari salah satu Kelompok Induk Organisasi (Kino) Golkar, yaitu Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia. Sedangkan yang lain, seperti Musyawarah Keluarga Gotong Royong (MKGR) dan Kesatuan Oragnisasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) menyantol ke Kalla.

Namun dua kelompok itu tak berkutik manakala berhadapan dengan kekuatan faksi yang menginginkan Golkar memiliki calon presiden sendiri. Di sini berkumpul semua pengurus daerah Golkar. Merekalah yang mendesak Kalla menjadi calon presiden dari Golkar. Dan Kalla bersedia.

“Keputusan itu baru ditentukan setelah pemilihan legislatif," kata Kalla. Rapat Pimpinan Nasional Golkar pada Oktober 2008 memutuskan calon presiden dan wakil presiden dari Golkar diumumkan setelah pemilu legislatif 9 April 2009.

Rapimnas Golkar mengatur mekanisme penjaringan calon presiden melalui usulan Dewan Pimpinan Daerah tingkat provinsi, kabupaten dan kota. Pada Maret ini, semua nama harus masuk ke DPP Partai Golkar. Selanjutnya dilihat melalui survei. Siapa yang layak akan diumumkan melalui Rapat Pimpinan Nasional Khusus setelah pemilihan legislatif.

Kesediaan Kalla ini rupanya menjadi peredam perpecahan di Golkar. Persaingan kekuatan pendukung Sultan, dan penyokong Yudhoyono-Kalla mulai meredup. Bahkan, Surya Paloh yang semula berseberangan, telah bergandengan dengan Kalla saat bertemu Megawati Soekarnoputri di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis 12 Maret 2009.

***

Berkas penjaringan calon presiden Partai Golkar sudah menumpuk di DPP. "Saya kira sudah bisa dipastikan, suara untuk Pak JK-lah yang terbanyak. Tapi saya belum tahu persentasenya," kata Agung Laksono, Wakil Ketua Umum Golkar yang juga Ketua Bappilu Golkar.

Namun, berkas penjaringan itu belum semuanya. "Sudah 40 persen," kata Firman Soebagyo, Ketua DPP Golkar, yang juga Ketua Harian II Bappilu Golkar, Jumat 13 Maret 2009. "Calon favorit internal Golkar adalah Pak Jusuf Kalla."

Lalu, nama siapa lagi yang masuk daftar? Firman enggan mengungkapnya. "Jika pun diproses sekarang, kami belum mempublikasikannya," kata Rully Chairul Azwar, Wakil Sekjen Golkar. Alasannya, Golkar akan menambahkan nama-nama lain untuk melengkapi pemetaan politik.

Misalnya, kata Rully, jika dari daerah mengusulkan 10 nama, maka DPP akan menambahkan nama dari partai lain. "Ini untuk melengkapi supaya survei bisa jadi simulasi akurat dari realita," katanya. Rully menunjuk lima nama yang wajib dilihat, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati, Hidayat Nur Wahid, Wiranto, dan Prabowo.

Tokoh Golkar Akbar Tandjung mengakui Kalla berpeluang besar menjadi calon presiden dari partai Beringin. "Itu pun kalau tak mau dikatakan hampir pasti, karena ada proses berikutnya," kata Akbar. "Para senior di Golkar, termasuk saya, juga menghendaki Golkar punya calon presiden."

• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar